Saya memang sangat mencintai dan menikmati pekerjaan saya saat ini. Tapi saat saya berbincang dengan seorang teman yang bekerja di ibukota, ia mulai membandingkan penghasilan kami (dari sisi finansial tentunya). Jelas saja saya kalah darinya.
Saya sempat jengkel sebentar. Bagaimana tidak. Selama bermahasiswa, sepertinya prestasi kami sejajar, bahkan saya lebih dahulu lulus ketimbang dia. Tapi kenapa Tuhan tidak menitipkan rejeki yang sama besarnya dengan yang dititipkan pada teman saya ini?
Tapi, begitu saya merenungkan kembali segala kebaikan Tuhan saya menemukan satu hal yang luar biasa. Ternyata penghasilan saya yang tak seberapa itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya dengan keluarga dgn 1 anak (anak ke-2 akan lahir april nanti). Padahal logikanya pengeluaran saya per bulannya bisa sampai habis penghasilan saya sebulan. Lalu dari mana sisa uang yang saya dapat untuk menutupi kesemuanya itu? Wah, ya dari berbagai sumber. Tapi saya percaya tanpa campur tangan-Nya, itu semua tidak mungkin.
Sedangkan teman saya walaupun masih lajang (mei nanti akan menikah), walaupun penghasilannya besar, ia masih saja mengeluhkan keadaannya.., wah itu artinya saya lebih baik keadaannya,
Terima kasih TuhanKu…:) “gumanku dalam hati…:)”
Nah, ini salah satu alasan mengapa Tuhan tidak pintar matematika. Lha wong seharusnya neraca saya sudah njomplang kok masih bisa terus hidup.
Bukti kedua adalah kesaksian seorang teman. Ia mengaku kalau semenjak lajang, penghasilannya tidak jauh berbeda dengan sekarang. Anehnya, pada saat ia masih membujang, penghasilannya selalu pas. Maksudnya, pas akhir bulan pas uangnya habis. Anehnya, begitu ia berkeluarga dan memiliki anak, dengan penghasilan yang relatif sama, ia masih bisa menyisihkan uang untuk menabung. Aneh bukan?
Berarti kalau bagi manusia 1 juta dibagi satu sama dengan 1 juta dan 1 juta dibagi dua sama dengan 500 ribu, tidak demikian bagi Tuhan.
Dari kesaksian teman saya, satu juta dibagi 3 sama dengan satu juta dan masih sisa. Betul kan bahwa Tuhan itu tidak pintar matematika?
Ah, saya cuma bercanda kok.
Buat saya, kalau dilihat dari logika manusia, Dia memang tidak pintar matematika. Mungkin murid saya yang kelas 2 SD lebih pintar dari Dia. Tapi satu hal yang harus digarisbawahi: MATEMATIKA TUHAN BEDA DENGAN MATEMATIKA MANUSIA.
Saya tidak tahu dan mungkin tidak akan pernah sanggup mengetahui persamaan apa yang digunakan Tuhan. Tapi kalau boleh saya menggambarkan, ya kira-kira demikian:
X= Y di mana:
X = pemberian Tuhan
Y = kebutuhan
Ya, Tuhan selalu mencukupkan apapun kebutuhan kita. Tanpa kita minta pun, Dia sudah “menghitung” kebutuhan kita dan menyediakan semua lewat jalan-jalan- Nya yang terkadang begitu ajaib dan tak terduga.
Menyadari hal itu, saya bisa menanggapi cerita teman-teman yang “sukses” dengan penghasilan tinggi di luar kota dengan senyum manis. Soal penghasilan Tuhan yang mengatur. Untuk apa saya memusingkan diri dengan berbagai kekhawatiran sementara Dia telah menghidangkan rejeki di hadapan
saya?
Yang perlu saya lakukan hanyalah melakukan bagian saya yang tak seberapa ini sebaik mungkin, dan Ia yang akan mencukupkan segala kebutuhan saya… Terima kasih Tuhanku..
amin sodara… Tuhan asli tidak pintar matematikanya manusia…
misalkan saya ibaratkan Kita (programer) dengan ciptaan kita (program).
ini hanya pengibaratan! ingat!
kita menciptakan sebuah virus untuk menghapus sebuah data file xxx d dalam komputer.
dan tentulah kita kudu menuliskan *bahasa program* yg cukup rumit yg isinya perintah^2 yg akan d lakukan virus tersebut.
kita sebagai programmer tahu, mengerti, bahkan paham apa isi perintah itu.
tetapi kita tidak menggunakan bahasa program itu untuk otak kita.
kalau kita ingin menghapus sebuah data file xxx. kita cuma perlu buka folder trus klik file xxx dan dellete.
begitu jg dengan tuhan. bukannya tuhan tidak pintar matematika.
tapi tuhan tidak menggunakan matematika untuk dirinya sendiri.
dalam agama saya. sifat^2 tuhan itu bnyak, namun terangkum dalam sifat 20.
yg jelas sifat tuhan beda dengan manusia!
kita mahluk sosial, allah berdiri dengan sendiri.
kita perlu makan untuk hidup, allah tidak perlu makan. dll
andai saja allah mempunyai sifat yg sama dengan manusia, pantas lah dy d bilang lemah. namun allahu akbar (allah maha besar)
Allah tidak mempunyai sifat seperti manusia 🙂
Allahu akbar, Tuhanlah maha segala-galanya, Dia maha berkehendak dan maha pengecualian,,
Semoga kita selalu dapat menjalankan sandiwaranya dengan baik, amiiennn